Bisa kukatakan, aku pernah bahagia. Bersama dia walau hanya untuk beberapa saat.
Memoriku masih menyimpan rapat rekaman malam itu, jumpa pertama kita. Siapa bilang aku tidak gugup berjabat tangan denganmu? Jantungku berdebar sangat cepat. Sangat-sangat cepat. Mana mungkin kau percaya.
Jangankan senyumanmu, pembawaanmu juga begitu hangat. Membuatku seolah merasa malam itu bukanlah jumpa pertama kita. Membuatku lupa dengan sepasang kekasih yang memperkenalkan kita. Masih ingat bagaimana mereka menggoda kita sepanjang jalan pulang?
Ya, kau dan aku tertawa terbahak-bahak. Ah, maksudku, kau saja. Aku tertawa malu-malu.
Kencan berikutnya hanya ada kau dan aku saja.
Sepanjang jalan kau bercerita betapa kau ingin melakukan banyak hal. Diluar pekerjaanmu, tentunya. Bercerita mengenai keluargamu sebelum aku bertanya. Aku menyukainya. Meski bukan bagian dari masa lalumu, tapi aku menyukainya. Mengerti perlahan terbentuknya karaktermu.
Aku merasa buruk.
Kau begitu dewasa sementara aku masih anak-anak. Yang kutahu hanyalah bersenang-senang, membuat senyuman dimana-mana. Berbeda denganmu yang sudah mapan juga pekerja keras.
Aku merasa tidak pantas.
Kau ramah, baik, dan sempurna. Sosok pria dengan daftar jelas dalam hidupnya. Bukan seperti aku yang berantakan ini.
Aku...entahlah, meski kau berada tepat di sebelahku, mengemudikan mobil dengan cerita sembari kita bernyanyi bersama Maroon 5 kala itu, aku merasa jarak diantara kita begitu jauh.
Kau berada sangat jauh di atas anak tangga sana. Sementara aku hanya bisa mengagumi dari tempat kakiku berpijak.
Aku bukan sosok yang bisa menemanimu dalam jangka waktu lama. Tapi kau perlu tahu, selama kau sendiri dan membutuhkan senyuman pada wajahmu sekedar untuk menghilangkan penat, aku ada di sini.
Pria sepertimu lebih pantas bersama seorang wanita. Bukan gadis yang selalu berlagak dia mengerti apa pun seluk pikirannya sendiri. Kau lebih baik bersama dia yang memiliki kedewasaan sama denganmu. Sehingga dia tahu betapa kau setara dengannya. Bagaimana kalian akan berjalan dengan bergandengan tangan dan bukannya saling mengejar.
Iya, aku tahu, kau pernah berkata: kita hanya perlu saling mengerti, saling memahami, dan belajar untuk bahagia bersama.
Pemikiranku pun begitu. Kenyataannya, Aku belum bisa mengerti diriku sendiri, bagaimana aku bisa membuatmu paham?
Aku belum bahagia dengan diriku sendiri, bagaimana mungkin aku berbahagia bersamamu? Apa yang akan kubagi untukmu?
Kau adalah pria baik. Wanita mana pun pasti dengan suka rela memberikan hatinya untukmu. Sekali lagi, kau hanya perlu membuka kesempatan untuk mereka.
Because at the end of the day, I'd be alone. And you deserve someone.
Memoriku masih menyimpan rapat rekaman malam itu, jumpa pertama kita. Siapa bilang aku tidak gugup berjabat tangan denganmu? Jantungku berdebar sangat cepat. Sangat-sangat cepat. Mana mungkin kau percaya.
Jangankan senyumanmu, pembawaanmu juga begitu hangat. Membuatku seolah merasa malam itu bukanlah jumpa pertama kita. Membuatku lupa dengan sepasang kekasih yang memperkenalkan kita. Masih ingat bagaimana mereka menggoda kita sepanjang jalan pulang?
Ya, kau dan aku tertawa terbahak-bahak. Ah, maksudku, kau saja. Aku tertawa malu-malu.
Kencan berikutnya hanya ada kau dan aku saja.
Sepanjang jalan kau bercerita betapa kau ingin melakukan banyak hal. Diluar pekerjaanmu, tentunya. Bercerita mengenai keluargamu sebelum aku bertanya. Aku menyukainya. Meski bukan bagian dari masa lalumu, tapi aku menyukainya. Mengerti perlahan terbentuknya karaktermu.
Aku merasa buruk.
Kau begitu dewasa sementara aku masih anak-anak. Yang kutahu hanyalah bersenang-senang, membuat senyuman dimana-mana. Berbeda denganmu yang sudah mapan juga pekerja keras.
Aku merasa tidak pantas.
Kau ramah, baik, dan sempurna. Sosok pria dengan daftar jelas dalam hidupnya. Bukan seperti aku yang berantakan ini.
Aku...entahlah, meski kau berada tepat di sebelahku, mengemudikan mobil dengan cerita sembari kita bernyanyi bersama Maroon 5 kala itu, aku merasa jarak diantara kita begitu jauh.
Kau berada sangat jauh di atas anak tangga sana. Sementara aku hanya bisa mengagumi dari tempat kakiku berpijak.
Aku bukan sosok yang bisa menemanimu dalam jangka waktu lama. Tapi kau perlu tahu, selama kau sendiri dan membutuhkan senyuman pada wajahmu sekedar untuk menghilangkan penat, aku ada di sini.
Pria sepertimu lebih pantas bersama seorang wanita. Bukan gadis yang selalu berlagak dia mengerti apa pun seluk pikirannya sendiri. Kau lebih baik bersama dia yang memiliki kedewasaan sama denganmu. Sehingga dia tahu betapa kau setara dengannya. Bagaimana kalian akan berjalan dengan bergandengan tangan dan bukannya saling mengejar.
Iya, aku tahu, kau pernah berkata: kita hanya perlu saling mengerti, saling memahami, dan belajar untuk bahagia bersama.
Pemikiranku pun begitu. Kenyataannya, Aku belum bisa mengerti diriku sendiri, bagaimana aku bisa membuatmu paham?
Aku belum bahagia dengan diriku sendiri, bagaimana mungkin aku berbahagia bersamamu? Apa yang akan kubagi untukmu?
Kau adalah pria baik. Wanita mana pun pasti dengan suka rela memberikan hatinya untukmu. Sekali lagi, kau hanya perlu membuka kesempatan untuk mereka.
Because at the end of the day, I'd be alone. And you deserve someone.
No comments:
Post a Comment