Thursday, December 14, 2017

December

  Here we go again, at the last month of the year. Funny how December will always have its own story. Especially mine.
 

  Jadi, beberapa hari lalu I'm stuck listening to spotify, Sara Bareilles. She's one of my favorite artist, singer, musician. But anyway, bukan itu sih cerita sebenarnya.
  Mungkin kalian sudah biasa dengar lagu Back to December nya tante Taylor Swift, yang selalu ngingetin sama mantan. Well, agak mirip sama masa lampau, lagu December milik kaka gue Sara Bareilles pun begitu. Lebih ke elu untuk terus jalan ke depan sih menurut gue cuman yah namanya masa lalu pasti akan teringat meski elu engga bakal balik ke sana.
 
  Ceritanya, many years ago when I was in love with this guy. I was lucky to have him and blessed for no longer with him as in relationship. There's a lot time with tears instead smile of happiness also lot of things.
  Ada suatu ketika dimana gue duduk dipojok kamar kosan, Magrib (around 5 or 6 PM, at that time). Kosan sepi, cuma gue yang enggak balik pulang kampung waktu itu. Jadilah gue cuman menunggu siapa pun yang menghubungi gue pada a day before christmas, hujan pula. Makin menjadilah kelabu gue di kamar berukuran .... ukuran berapa yah itu. Bentuknya trapesium pokoknya.
  Gue masih ingat cuman berbaring, dengerin suara hujan yang jatuh menghajar apa pun di depannya, sambil melihat ponsel di sebelah gue. Beberapa waktu sebelumnya keluarga telepon mengucapkan selamat hari malam natal. Setelah itu tidak ada.
  Jujur gue sempat merasa sangat-sangat kesepian. Hey, don't blame me. I was freaking alone, and no body texted me, not even my boyfriend. Yang sekarang sih udah mantan.
  Punggung gue bersandar pada dinginnya dinding kamar, masih gue duduk di tempat tidur. Memainkan ponsel diantara jemari. Saat itulah ada telepon masuk. Gue hapus lah itu cemberut sedih dari wajah dan mengukir senyuman. Beda banget sama suara yang gue keluarkan saat panggilan gue angkat.
  "Hm?"
  "Lagi dimana?" sahut dari seberang. Terdengar suara tawa dan mereka berbincang bersamanya. "Guys, be quite please, gue lagi telponan ini." serunya, menjauhkan ponsel. Gue tersenyum geli. Bahkan ketika mengingat ini gue harus break mengetik beberapa kali karena terbawa dalam kenangan itu.
  Mereka yang tadinya 'berisik' kemudian hening satu nada. Hanya beberapa saat setelah gue mendengar suara si dia dekat dengan ponselnya, sahutan demi sahutan terdengar dari sana. "Naruto, kapan main lagi sama kita?", "Naruto, Mickey mouse-", "Ah, berisik lu pada."
  Gue pun tertawa kala itu. Kalau saat mengetik ini, gue tersernyum lebar aja sih.
  Dia pun mengambil beberapa langkah menjauh dari mereka.
  "Selamat hari natal, sayang." katanya lirih, berhasil membuat gue terharu.
  "Masih besok kali." gue mengusap hidung, sebelum ingus nanti menghampiri. Jujur gue terenyuh. Walau kalau dipikir harusnya biasa aja sih.
  "Kamu sendirian ini dikosan?"
  Gue mengangguk menjawab pertanyaannya, "Iya.."
  "Ya udah nanti aku jemput ya. Engga usah sedih-sedih."
  Gue mengangguk lagi. Tersenyum haru.
  "Oh, Yang, ini ada yang mau ngomong."
 
  Gue mendengar grusak-grusuk, seperti rebutan benda kecil yang menjadi penghubung antara gue di kamar kosan itu dan mereka di suatu tempat, kafe apa gitu, gue lupa. Markas mereka di sana, seingat gue.
  "Narutooo~" begitu mendengar pemilik suara dari seberang, gue tertawa geli. "Hayo tebak ini siapa~"
  Gue sebutkan namanya.
  Bisa gue bayangkan pemilik suara berat yang sengaja dicentilkan itu mengangguk pelan. Wajahnya kocaknya sudah tergambar jelas di benak gue.
  "Selamat natal ya, Naruto. Nanti Mickey Mouse jemput, kita main sama-sama. Kalau Mickey Mouse engga kasih hadiah, gue yang gebukin deh."
  "Iyaa," tawa gue mendengar dia sudah mengeluh kesakitan, sepertinya mendapat pukulan pelan yang mengundang tawa gue semakin jelas. "Terima kasih ya,"
  "Oh, ini ada yang mau ngomong lagi."
  Ponsel diserahkan pada pemilik suara berikutnya. "Narutooo," kata pemilik suara itu.
  Jadilah gue tertawa, "Kalian pada kenapa sih, panggilnya gitu amat. Ada apaaa?" Balas gue mengikuti nada suara mereka.
 
  FYI, gue mengingat setiap mereka sembari tersenyum geli menulis ini. Oke, kita kembali ke cerita.

  "Selamat natal, Naruto. Nanti dijemput sama Mickey, kita main-main lagi ya."
  "Iya," gue mengangguk, "Siap."
  "Eh ada yang mau ngomong lagi ini."

  Jadilah gue tersenyum membalas mereka satu per satu mengucapkan selamat natal pada sehari sebelum natal. Sebagai penutup, dia si pemilik ponsel berkata seperti ini. "Ya udah, engga usah sedih, engga usah galau. Nanti aku jemput, ya?"
  Gue mengangguk ceria.
  "Oke semuanya, siap-siap," begitu dia berkata seperti itu, suaranya perlahan menjauh, membuat gue bingung. "Satu, dua-" katanya lagi, ponsel memang sengaja di jauhkan sepertinya.
  "Selamat hari natal Naruto!" ucap satu diantara mereka.
  "Ah, lu gimana sih, baru sampe dua ini."
  "Ya udah, ulang lagi, ulang lagi."
  Gue tertawa pelan mendengar ribut kecil di seberang sana. Beberapa kali mereka mengulang berucap tapi satu diantara mereka ada yang salah atau ketinggalan beberapa kata.
  Hingga akhirnya, dia berdehem, "Yang bener dong. Buat cewe gue ini."
  "Iya-iya." sahut mereka yang berkali-kali berbuat kesalahan.
  Terdengar hitungan tiga angka lalu seru sorak mereka, "Selamat hari natal untuk Naruto, Tuhan memberkati."
  "Terima kasih semuanya." jawab gue tidak kalah berseru pula.

  Akhirnya panggilan berakhir setelah dia berkata beberapa saat lagi dia akan datang untuk menjemput gue. Tidak ada rasa yang lebih bahagia ketika gue tidak harus menghadapi hari natal sendirian. Meski pun mereka berbeda keyakinan tapi gue sangat merasakan kehangatan natal malam itu. Walau pun cuman bersama nongkrong di kafe dengan mereka satu geng. Juga beberapa teman lainnya yang baru itu gue kenal.
 
  Salah satu hal sweet yang dia pernah lakuin buat gue dengan membawa teman-temannya serta. Cute sih. Bahkan gue masih merasa lucunya momen itu hingga kini. Setidaknya, elu enggak seburuk itu di memory gue (just incase he'd read this. He used to anyway).


  FYI, gue menulis satu judul ini dengan satu lagu. Yeap, December by Sara Bareilles. Also it was raining outside, even though ini bukan tanggal 24 Desember as in years ago, but berhasil banget membuat gue terbawa ke masa itu.
  So, buat kalian yang ingin menikmati dinginnya bulan Desember dengan hangatnya kenangan pada bulan sama di tahun sudah berlalu-lalu dulu, gue sangat menyarankan lagu ini. Bahkan untuk kalian yang sekedar menikmati minuman hangat dan menjalani hati, this song definitely one of them. Easy listening  sih soalnya.

  Also, I do wish, y'all have a great December.

No comments:

Post a Comment