Cinta itu seperti angin di musim panas. Sebentar, sepoi-sepoi, hilang lalu kemudian datang lagi dan begitu seterusnya. Selalu diharapkan, untuk mengusir rasa gerah dan keringat yang bercucuran. Diharapkan untuk terus ada di sana. Begitu saja, sudah cukup.
Cinta itu seperti angin di musim hujan. Terus dan terus. Berhembus beriringan dengan dinginnya air hujan, menusuk masuk ke kulit bahkan ke tulang. Membuat tubuh menggigil, takluk dengannya. Berharap dia segera hilang dan begitu saja.
Ya, bagiku cinta itu seperti angin. Mereka bisa datang dan pergi. Atau bahkan tinggal untuk waktu yang lama jika memang begitu keadaannya. Mau aku memintanya, mengharapkannya atau pun sebaliknya. Mereka juga bisa biasa saja atau semakin menjadi angin yang besar dan kuat, bisa menghancurkan siapa saja yang mendekat pada mereka.
Jika cinta itu angin, maka kau tahu kan, perasaanku angin yang seperti apa kepadamu?
Jika perasaanku ini angin, lalu apa perasaanmu?
Cinta itu seperti angin di musim hujan. Terus dan terus. Berhembus beriringan dengan dinginnya air hujan, menusuk masuk ke kulit bahkan ke tulang. Membuat tubuh menggigil, takluk dengannya. Berharap dia segera hilang dan begitu saja.
Ya, bagiku cinta itu seperti angin. Mereka bisa datang dan pergi. Atau bahkan tinggal untuk waktu yang lama jika memang begitu keadaannya. Mau aku memintanya, mengharapkannya atau pun sebaliknya. Mereka juga bisa biasa saja atau semakin menjadi angin yang besar dan kuat, bisa menghancurkan siapa saja yang mendekat pada mereka.
Jika cinta itu angin, maka kau tahu kan, perasaanku angin yang seperti apa kepadamu?
Jika perasaanku ini angin, lalu apa perasaanmu?
No comments:
Post a Comment