Monday, April 29, 2013

A Question

    "Kalau seandainya dia datang lagi kepadamu dan memintamu untuk bersama kembali, apa jawabmu?"

     "Setiap orang pantas mendapatkan kesempatan dan semua orang berhak belajar dari kisah yang dialami sebelumnya."

     "Lalu? Itu artinya iya atau engga?"

     "Menurutmu?"

     "Bisa iya, bisa juga engga."

     "Ha-ha-ha, ya sudahlah.."

     "Hey~ Jadi itu artinya iya atau engga?"

     "Hemm...gimana ya, pemikiran setiap orang itu berbeda jadi terserah kau menangkapnya seperti apa."

     "...apa nanti yang dipikiranku akan sama dengan jawaban yang ada padamu?"

     "Hm? Entahlah, kan pemikiranku denganmu bisa saja berbeda. Toh, kita saja beda kepala gini. HA-ha-ha"

Monday, April 22, 2013

You

  Kau memperkenalkan dirimu. Tidak ada ragu yang menghampiri, mungkin kau hanya sedikit deg-degan saja, mungkin. Aku hanya tersenyum tapi tak melihatmu. Bukannya aku cuek, tapi aku malu. Aku malu, karena kau ada di hadapanku.
  Mungkin, pemikiranmu sama dengan yang lainnya. Mengira aku ini jutek dan cuek ditambah dingin karena hanya berbicara seadanya, menjawab satu kata dan tidak memperhatikanmu. Sekali lagi, itu karena aku malu! Aku deg-degan. Kau, kaulah penyebabnya!
  Terlebih lagi saat jemarimu yang panjang menyentuh telapak tanganku ketika membicarakan topik kita waktu itu. Musisi, jemari khas musisi, indah, kau tahu itu? Saat aku mengangkat kepalaku dan melihat wajahmu, bulu mata yang lentik. Meski ruangan sedikit gelap, aku juga terpana pada bola matamu yang indah dan hanya menatapku saja. Aku tidak ingin pergi jauh darimu dan aku pun ingin kau begitu.
  Mungkin, kau juga merasakan hal yang sama. Meski kau pergi, kau datang kembali. Duduk di sebelahku. Hanya di sebelahku.
  Aku tidak geer kan? Kau memang pintar mencuri perhatianku, tepat saat kau mencuri hatiku. Kau pintar. Kau, hanya kau.


  

Saturday, April 20, 2013

Every Story Has Their Own Ending

  Sesuai judul di atas. Yup, setiap cerita pasti punya ending yang entah itu sedih atau engga sedih atau bahagia atau enggak bahagia. Well, kalau ditanya ke gue, sedih enggak sih cerita yang elu sedang tulis tiba-tiba harus berakhir? Jawab gue, ya. Kenapa? Karena gue sedang menikmati menulisi setiap katanya, merangkai menjadi kalimat lalu paragraf dan kemudian lembaran demi lembaran mulai terisi disetiap helainya. Semua itu tiba-tiba harus berakhir.
  Awalnya sedih, hancur, marah, tapi kalau dipikir lagi, memang setiap awal akan ada akhir, sama seperti akhir yang menjadi sebuah awal. Dunia itu bulat, berputar. Intinya, gue memang harus mengalami semuanya ini.

  Jujur, ketika kata 'end' menghampiri cerita gue itu, gue drop abis. Nyaris enggak mengenali diri gue sendiri dan enggak sadar ato pun peduli dengan apa pun di sekitar gue. Lebay mungkin lu bilang, tapi itu kenyataan.
  Bagaimana gue bisa bangkit lagi? Gue sadar juga, buat apa gue harus lama-lama menjadi kacau? Memangnya kisah itu akan berputar balik lagi? Enggak! Dunia berputar satu arah, berputar seiringnya waktu. Harusnya gue bersyukur karena cerita itu sudah usai. Karena gue sama sekali tidak mengenal tokoh yang berada di sana. Tokoh yang dulu, sudah lama mati. Itu saja. Bodohnya, gue baru menyadari itu.

  Harusnya, setelah tokoh yang gue suka itu sudah lama mati, enggak ada lagi di cerita, sayangnya gue benar-benar bodoh enggak menyadari semuanya. Gue terlalu asyik memperhatikan dan memahami satu sisi cerita itu. Sampai akhirnya, tokoh baru itu muncul dan cerita gue berubah. Tokoh itu sangat mempengaruhi cerita itu. Tokoh itu dan semuanya yang menyangkut tokoh itu.
  Haruskah tokoh lama yang gue suka itu mati dan pergi? Apa dia tak sadar gue selalu berharap dia kembali? Tapi, sayang, teriakan tangis gue tak terdengar olehnya. Dia benar-benar sudah mati. Tidak ada lagi. Hilang. Selesai. Tamat. Itu saja.

  Tapi tenang, tokoh itu masih hidup kok di buku kenangan gue. Tokoh yang hidup semenjak oktober 2012 dan mati bulan januari 2013. Lalu berubah menjadi tokoh baru yang gue enggak kenal dan akhirnya pergi, memilih mengakhiri cerita itu.
   Mungkin hanya tokoh yang lama yang akan terus hidup meski dia sudah lama mati tapi sakitnya yang ditorehkan oleh tokoh baru, juga akan selalu hidup, selalu hidup untuk menjadi pembelajaran gue di cerita gue berikutnya. Dengan kisah baru dan mungkin (wajib sih ini!) dengan tokoh baru. Cerita yang lebih baik dan tokoh yang jauh lebih baik.

  Sekali lagi, dunia berputar. Cerita yang gue alamin bisa saja terjadi di elu, jangan takut, hadapi aja. Toh, ini bisa mengajar elu untuk lebih kuat lagi. Itu aja, terima kasih ya udah mampir

  God bless you~!!

Tuesday, April 16, 2013

alphabet

A-B-C-D-E-F-G-H-I-J-K-L-M-N-O-P-Q-R-S-T-V-W-X-Z

  "what? did i spell it wrong? i guess no, because i did missing U" :')


Saturday, April 13, 2013

Just, If....

 Gue curhat ketiga temen cowo yang itungannya udah kayak sahabat karib gue. Gue bercerita, gue berkeluh kesah, bahkan mereka juga menjadi saksi gue nangis nungguin dia, ato pun gue nangis waktu bercerita. (Sementara dia, gue ga mau ngeliatin air mata gue ke dia, karena dia bilang dia benci liat cewek nangis).

 Sebenarnya, gue kalo udah nangis, berarti itu adalah titik lemah gue banget. Gue heran, kenapa gue harus menangis seseorang yang enggak pernah menangisi gue. Kenapa gue harus memikirkan orang yang udah enggak peduli sama gue. Kenapa gue harus masih tetap mempertahankan perasaan gue ke orang yang udah enggak sayang sama gue. Kenapa?

 Seandainya aja, tanggapan dari sahabat-sahabat gue ini adalah ucapan yang gue denger dari dia...

  Jow : Heran gue sama lu, nyuk. Jarang loh ada cewek kaya lu. Biasanya tuh ya, cewek kalo udah dicuekin gini sama cowoknya, biasanya ngebales cuek ato bahkan marah ato bahkan malah ninggalin cowok itu. Lah, elu, malah mencari dia. Pengen ketemu sama dia dan bahkan ini malah nungguin dia. Ck-ck-ck salut gue sama lu.

  Wiwdyw : Udah, jangan nangis lagi. Gue heran, lu enggak bisa nyebutin satu aja yang udah dia kasih buat elu, kenapa elu tetap bertahanin dia? Meski gue enggak tau apa yang ada dipikiran dia, sampe tega buat elu kaya gini.

  Sasuke : Gue kira, adegan beginian cuma ada di sinetron, enggak nyangka gue temen gue malah ngalaminnya. Udah, santai aja, cowok enggak apa-apa nangis he-he-he.


  Seandainya dia ada waktu gue bilang "i need you.." mungkin gue enggak perlu curhat sama Wiwdyw masalah yang menjadi beban pikiran gue. Gue cuma berharap dia ada saat gue butuh dia, sama kayak gue yang selalu berusaha ada saat dia butuh atau pun engga butuh gue.
  Seandainya aja dia bisa  ungkapin uneg-unegnya ke gue sama kayak Jow yang blak-blakan ngehakimin gue seandainya gue salah ato bahkan nasehatin gue.
  Seandainya aja, malam itu yang merangkul gue saat menangis bukan Sasuke, meski dia adalah penyebab gue menangis.

  See, tetap saja, meski siapa pun yang ada di sekitar gue, gue masih berharapnya dia. Bahkan saat gue jalan sama temen-temen cewek gue, gue berharapnya gue bertemu dengan dia. Memperkenalkan dia kesemua temen gue, jadi enggak adalagi salah paham ato apalah.

 Seandainya aja, dia ngerti apa yang gue rasain sekarang. Seandainya aja dia beneran ada. Seandainya aja....

Another Satnight

 Gue cuma berharap, malam ini cepat berakhir. Tetangga pada pulkam dan pada cabut malam mingguan, rasanya sepi banget. Mana anak-anak yang biasa nongkrong sama gue juga ngelakuin hal yang sama. Kalau enggak pulkam, ya ngapelin pasangan ato pun calon pasangan masing-masing. Bukannya gue enggak senang, melihat sekeliling gue bahagia, tapi kalau keadaannya gue kesepian begini...gue juga butuh seseorang buat nemenin gue.

 Pikiran gue melayang lagi. Sial. Gue benci mengharapkan sesuatu yang ga terjadi. Gue benci imaijnatif. Kalau di saat-saat seperti ini.

 Gue jadi inget, dulu. HA-HA, dulu...kayaknya miris banget ngetik d-u-l-u.  Yeaup, itulah kenyataannya. Mungkin gue masih ngefek kegalau kali ya. Heran, padahal ini cerah. Malam ini enggak hujan kayak biasanya. Mana sialnya lagi, gue malah berharap ada dia. Sama seperti dulu.
 Motor Honda CB100nya, senyuman itu, kecupan hangat di kening gue, bahkan pelukan. Ah! Sudahlah. Mana gue beneran sendiri di sini. Di kamar gue, diiringi lagu galau meski berbahasa korea.

 Bisa enggak sih, satnight kali ini gue enggak sendirian lagi? Gue sama temen-temen gue juga enggak apa-apa. Tapi enggak berharap dan enggak memikirkan seseorang yang membuat gue galau.
 Rasanya sedih, nyiksa diri sendiri. Menyayangi seseorang yang mungkin udah benar-benar enggak sayang sama diri ini. Masih inget gue, dialog by phone sekitar satnight dua ato tiga minggu yang lalu.
   "Jadi sebenernya, gimana perasaan kamu ke aku sekarang?" tanya gue, lirih.
   "Flat." jawabnya, datar.
   "Maksud kamu?"
   "Ya..biasa aja, datar aja."
   "Udah enggak sayang lagi sama aku?"
   "Ya, enggak bisa dibilang gitu juga sih.."
 Dan gue ngerasa ngilu dalam hati gue.


 Gue masih bertanya-tanya, gue buat salah apa sih, sampe gue harus ngalamin hal kayak gini?
 Gue cewek woy, gue manusia! Gue punya perasaan juga...gue juga pengen disayang, dimanja, dihargain, dianggep...ah, sudahlah.

 Mungkin, gue bawa helm ke kota ini juga percuma. Padahal niat gue, biar enggak riweh lagi kalo mau jalan sama dia. Maklumlah, dulu helm gue yang dari abang sepupu gue, dipinjem-pinjem eh malah berakhir hilang entah kemana.

 Satnight ini mungkin gue lebih ke berusaha nenangin diri gue lagi. Sepertinya pikiran dan hati gue kini udah satu suara untuk dia. Ck-ck-ck mereka bodoh. Lebih memilih menjadi gila dan sakit.