Thursday, September 19, 2013

Friend in a Mask

  Kita tertawa, saling bercerita
  Terdengar santai, terlihat akrab
  Semua terasa sangat indah karena kita terus bersama
  Sangat dan sangat, sampai aku benar-benar tidak ingin itu berakhir

  Tapi, belakangan aku tahu semua
  Apa kau merasakannya juga?
  Apa kau menciumnya pula?
  Wangi manis yang dulu kau tebar di sekitarku
  Kini berubah entah seperti bau apa, yang menyengat ini

  Kau di sana saat aku tertawa
  Kau ikut menikmati juga ketika aku bersenang-senang
  Lalu kemana kau, saat aku membutuhkan bantuanmu?
  Ketika aku tertatih kala itu,
  Aku melihatmu memamerkan senyuman palsu itu
  Kemudian berjalan meninggalkan aku

Wednesday, September 4, 2013

First Met, S

  Gue yang melihat dia pertama kali. Cowok yang duduk di pojokan kafe dengan beberapa orang temannya. Mereka terlihat tertawa satu sama lain, topik pembicaraan mereka pasti asik banget. Itu yang gue simpulkan. Tapi yang menarik gue untuk terus melihat adalah dia.
  Cowok yang memiliki tato yang sama di leher kiri dan telapak tangan kanannya. Burung merpati. Apa ada makna di balik itu? Entahlah, gue enggak yakin. Yang pastinya gue yakin, mata gue enggak bisa lepas memandangi dia. Sampai ketika gue tersentak karena mata kami bertemu. Gue yang tadinya sambilan minum soda gue, tersedak. Mana dua teman gue masih di toilet. Foto-foto kali. Biasalah, kebiasaan remaja menuju dewasa mah begitu, masih ababil di negara kita. Gue akui itu. Oke, balik lagi.
  Gue meletakkan gelas gue dan ngambil tisu di tas. Buru-buru ngelap mulut kemudian celana gue yang tadi kena tumpahan soda. Perlahan tapi pasti, sambil ngelap celana gue berusaha melirik cowok tadi. Gue bersyukur begitu datang ke kafe ini, gue gerai rambut. Soalnya dari di mobil temen gue tadi, gue cepolan mulu. Jadinya gue bisa mengintip di balik rambut kalau begini. Gue lirik, lirik dan DANG! He's gone. Gue kaget. Berhenti melap celana gue dan mengangkat kepala gue, memastikan. Yup, cowok itu udah enggak duduk di sana lagi. Teman-temannya masih di sana. Tapi hanya beberapa.
  Rasa kecewa menyelubungi gue, mungkin cowok tadi sudah cabut sama salah satu temannya. Sial. Gue mendengar langkah kaki, "Lama ama..t...sih..." DANG! Waktu gue berbalik yang gue dapati bukan dua teman gue tapi cowok tadi dengan temannya sedang berjalan nyaris melewati bangku gue. Mereka masing-masing membawa gelas minuman. Mereka terdiam di posisi. Damn, damn, damn! Gue ngegigit bibir bawah gue, enggak berani memalingkan wajah dan terus menatap mereka dengan tatapan "mampus gue-mampus gue" gitu.
  Temen cowok itu ngelirik cowok itu, seolah tatapannya bilang "ini orang ngomong ke kita? kita kenal emang?" dan semuanya terjadi begitu cepat. Gue langsung berdiri dan bilang, "Maaf mas, maaf. Saya kira teman saya?"
   "Lu kenapa?' DANG! Dua temen gue muncul dari belakang dan penampilan mereka jauuuuhhhh lebih rapi plus wangi dari sebelumnya. Abis nyalon kayaknya tuh makhluk berdua di toilet. Teman-teman gue langsung menghampiri gue dan berdiri di sebelah gue. Kayak bodyguard gitu. "Ini ada apa ya?" tanya salah seorang teman gue yang ceritanya enggan disebut namanya. Berasa kayak berita kriminal.
  "Kayaknya cuma ada salah paham aja ini." Temen cowok itu tersenyum sok ramah, menurut gue. Atau memang dia sebenarnya, ramah? Entahlah. "Kalau gitu, kami pergi dulu. Permisi." Dia menarik lengan cowok itu. Ketika mereka jalan tepat di depan gue, cowok itu berhenti. Gilak broh, gue yang udah pakai wedges dua belas senti aja dan berdiri gini masih sedadanya doi! Tinggi bet dah. Cakep pula lagi, meski jarak tiga puluan senti begini.
  Cowok itu menatap gue dengan tatapan pasti, "Daritadi lu liatin gue, kan?"
 DANG BRO, DANG!!! Sekejap suasana hening. Sebenarnya masih ada tawa dan suara bincang-bincang para pengunjung kafe, bahkan suara musik juga ada. Sayangnya, gue langsung membatu dan enggak ngedengerin suara apa pun.
  Dia ngedapetin gue ngeliatin dia daritadi dong berarti! Trus pasti dia ngira gue penguntit abis. Udah dah, udah. Rasanya saat itu gue berasa di...
   "Atau gue yang kegeeran?" kemudian cowok itu berkata lagi, membuat temannya tertawa lalu jalan mendahuluinya. Juga membuat gue tersadar. Gue enggak salah dengar, kan? Cowok itu tersenyum pada gue, "Gue becanda kok." katanya sebelum dia  berjalan melewati gue dan teman gue menuju ke bangkunya, dan gue rasa temannya yang tadi langsung cerita karena sesekali mereka melihat ke arah meja gue.
  Dua teman gue langsung introgasi gue untuk menceritakan kronologi kejadian yang sebenarnya, seolah tidak mau kalah dengan meja yang sudah ramai dengan tertawa di ujung sana. Tapi waktu gue bercerita untuk kedua teman gue, gue mencuri pandang pada cowok itu. Dan hampir seperti dugaan gue, dia memang melihat ke arah gue. Sambil minum minumannya, disela-sela senyuman manisnya untuk gue. Dengan kaku, gue bales senyuman itu.
The beginning of Sept...i'm good.