Saturday, August 31, 2013

Time Capsul

Hey! How are you? How's life? Still going on and on or, yeah you know. LOL, just kidding!

  Sudah tiga tahun kurang lebih kita terpisahkan. Jarak dan waktu. Masih terikat dengan masa lalu atau sudah melupakan semuanya? Aku? Aku masih menyimpan semuanya dengan sangat rapi. Semua tawa, canda, amarah, tangis, dan rasa rindu ini masih tersimpan rapi di kotak memori dan hatiku.
  Mungkin waktu itu tidak akan pernah bisa kita putar kembali di dunia nyata, tapi percaya padaku jika kau masih memilikinya seperti aku memilikinya pasti kita bisa terus memutar ulang semuanya. Seperti kita menonton video yang kita rekam dan terus memutarnya.

  Seragam putih abu-abu itu tidak bisa kita kenakan lagi ya? Hahaha...apalah artinya jika kita hanya mengenakannya masing-masing, kalau tidak berkumpul bersama lagi. Aku tanpa kau, kosong. Aku selalu ingin berada terus bersamamu. Terus dan terus. Sama seperti masa kita mengenakan seragam itu. Sama seperti ucapan kita kala itu.

  Jujur saja, aku benci ketika aku kembali sebagian darimu tidak ada di sini. Ketika kita berkumpul, kita tak sempurna. Kita tidak seluruhnya bersama. 

  Aku ingin kembali ke masa dulu. Dimana kita duduk bersama, mengerjakan tugas bersama, menjalani setiap harinya bersama tanpa merasa bosan sedikit pun, bahkan bercerita ria meski pun dengan cerita yang sama.
  Aku ingin kembali ke masa dulu. Dimana waktuku adalah waktumu, dimana jarakku dan jarakmu bisa kita hapus begitu saja. Dimana masa itu benar-benar ada.

  Time capsul, jadi kapan kita benar-benar akan melaksanakannya? Kurasa ini sudah hampir lima tahun sejak kita berencana akan membuat time capsul dan menguburkannya di sudut sekolah. Hm...apa kau mengingat itu? Aku masih terus menunggu waktu untuk kita benar-benar bersama dan membuat time capsul. Menguburkan semua impian kita untuk masa depan kita masing-masing kemudian menggalinya bersama-sama dan melihat apakah kita berhasil membuat impian kita menjadi nyata.



  Pimzgirls, this is me...fani, i miss you girls. I miss you a lot for all this time. I miss all our old time, when we're together all the time.

Saturday, August 17, 2013

Apak

    Laki-laki yang dulunya tinggi tegap, berkulit putih bersih, bola mata kecoklatan, dan berpendidikan. Aku lihat piagamnya yang tergantung rapi di balik pigura, jelas dia adalah seorang yang menekuni bangku kuliah jurusan kimia di Padang dan benar-benar berprestasi.
  Pada masa itu, wanita mana yang tidak jatuh kedalam pelukannya? Sayangnya, ketika dia menjatuhkan hatinya pada seorang wanita, wanita itu tidak ingin menangkapnya. Bisa kubayangkan hancur hatinya kala itu. Butuh waktu yang lama baginya untuk siap menjatuhkan hatinya lagi.
  Begitu hatinya menjatuhkan pilihan pada seorang gadis yang berbeda suku dan agama dengannya, banyak tentangan yang didapatnya, meski mereka saling mencintai sekali pun. Bahkan dari ibunya sendiri. Jelas, dengan berat namun patuh, dia memilih ibunya. Mungkin itu akhirnya mengapa dia memilih untuk menjalani hidupnya tanpa memiliki siapa pun menjadi pasangannya.

  Perlahan, waktu mulai merengut tubuh tinggi tegapnya, kulit putih bersihnya dan sinar dari bola mata kecoklatan itu. Yang mulai kukenal senyuman ramah, suara yang memanggil akrab para keponakan yang bertumbuh di sekitarnya, bahkan sifat isengnya. Bagaimana dia mengajarkanku tentang lingkungan di sekitarku, usiaku kala itu empat atau lima tahun, aku ingat itu. Bagaimana dia memarahi adik-adiknya, yang adalah orang tua kami, ketika mereka mulai bersikap berlebihan mengatasi kami, para ponakannya. Bagaimana dia bersikeras tidak ingin dipanggil Paman, melainkan Apak, yang artinya Ayah dalam bahasa daerahku. Bahkan dia tidak akan menghiraukan kami ponakannya jika kami iseng memanggilnya dengan sebutan Paman.
  Aku masih ingat bagaimana masa ceria itu kita lewati, dan memang sangat cepat. Secepat dia merasa kesepian ketika ponakannya tidak lagi bertumbuh di sekitarnya. Masa remaja merebut kami dari sisinya. Kami tak lagi sering bermain ke sana, rumah nenek. Ya, dia tinggal bersama nenek. Seolah-olah nenek tidak ingin kehilangannya setelah kecelakaan yang pernah nyaris mengundang malaikat maut menjemput anak laki-laki pertamanya itu dari sisinya.
  Apak menyibukkan dirinya dengan teman-temannya di kedai kopi. Sekedar bercerita masa lalu di sana, atau mengisi waktu kosongnya yang tidak lagi seramai ketika ponakannya berlari ke sana kemari. Makanya, saat aku pernah berkunjung ke rumah nenek, aku tidak bisa bertemu dengan Apak. Ketika aku pergi, mereka bilang Apak kembali.
  Tak hanya sampai di situ. Setelah melewati masa remaja, ponakannya terus bertumbuh menjadi dewasa. Ada yang meninggalkan kampung halaman untuk merantau dan ada pula yang membangun rumah tangga membentuk sebuah keluarga. Waktu benar-benar merebut semuanya dari sisinya. Bahkan kesehatan nenek yang membuat nenek harus di rawat di rumah sakit atau di rumah anak bungsunya, agar dia benar-benar diperhatikan pola hidupnya. Apak pasti sangat merasa kesepian.

  Rumah itu, terakhir kali aku mengunjunginya, sudah tidak hidup seperti dulu lagi. Rumah itu kini dingin, sangat dingin. Tidak ada lagi tawa ceria, tangisan manja, keisengan, tidak ada lagi yang terasa hidup di sana. Terlebih lagi, karena Apak tidak lagi ada. Ketika Tuhan memutuskan untuk memanggilnya kembali, menyusul kepergian nenek setahun yang lalu dan sepupuku awal tahun ini. Semoga di sana, Apak berkumpul bersama anggota keluarga lainnya, tidak lagi merasa kesepian.


  Rest in peace, Apak. You'll forever stay in our memories. Never be forgotten.
  23 November 1960 - 10 August 2013
  

Dear someone

  Aku merindukannya dan tetap merindukannya. Membiarkan angin mewakiliku untuk menyentuhnya. Membiarkan matahari mewakiliku untuk bersamanya. Bahkan membiarkan awan mewakiliku untuk mengiringinya.

  Aku merindukannya sebanyak aku menyebutkan namanya dalam ceritaku. Seperti huruf vokal di setiap kata. Seperti tanda baca di setiap kalimat. Seperti itulah kenyataannya.
 
  Aku merindukannya. Meski rindu ini sakit, meski rindu ini menyepi, meski rindu ini hanya milikku sendiri, aku tetap merindukannya.

  Tidak, dia tidak jahat. Hanya saja, dia terlalu baik untuk membalas rinduku. Rindu yang seharusnya tidak perlu kuberikan cuma-cuma untuknya. Rindu yang seharusnya ada ketika dulu saja, bukannya rindu yang terus kubawa sampai saat ini.
  Ah, sudahlah. Terlalu bohong jika membiarkan waktu yang menghapus atau membalas rindu ini.

  Buatmu, ya memang kamu, selain kamu tidak ada orang yang membuatku merindu sampai seperti ini.

Wednesday, August 7, 2013