Wednesday, November 22, 2017

Pemimpi

  Dunia seolah mengerikan dengan orang-orang yang tinggal di dalamnya. Mereka akan tersenyum sembari mengambil setiap mimpi yang kau punya. Klasik tapi begitulah adanya.
  Lalu sebagian mereka akan berkata: kau bisa meraih setiap mimpimu. Andai saja mereka yang berkata seperti itu tiba lebih awal, mungkin masih ada mimpi tersisa. Nyatanya, semua habis kini kau pun hampa.

  Katanya, lawanlah dunia tunjukkan pada mereka. Tidakkah yang mengatakan itu mengerti, satu melawan berjuta hingga miliyaran umat manusia padahal kau pun bagian dari mereka?
  Katanya, jadikan setiap kata buruk itu motivasi untukmu berdiri. Belum juga yang berkata seperti itu memahami, situasi membuat seseorang menyadarkan kau dengan kata-kata buruknya.
  Katanya, katanya dan katanya. Dia pikir ini jaman Trio Kwek Kwek, ketika itu dia dan kau masih terlalu muda untuk takluk akan dunia.

  Siapa pun tidak bisa mengembalikan waktu pada masa yang diinginkannya. Meski kau berteriak menghabiskan suara, meski kau menangis meronta, meski setiap sudut amarahmu melawan, tetap saja kau akan kalah dengan waktu yang terus berjalan.

  Darimana akan datang kekuatan? Mereka bilang dari dalam dirimu sendiri.
  Padahal kau bukan lagi anak kecil yang dipanggil si Pemimpi. Kau sama saja dengan orang-orang kini. Tersenyum manis, merasakan hampa sembari berucap: kau pasti bisa mewujudkan mimpi.
  Begitu kosong namun menjadi kekuatan untuk mereka yang masih memilikinya.

  Sudah-sudah, jangan bersedih lagi. Tidak perlu berharap pada dirimu di masa lalu, jika yang datang hanyalah penyesalan berasa pilu. Kau lebih dari itu. Buktinya kau masih bisa berada di masa kini. Dengan senyuman terkadang palsu tapi kau kuat menahan diri. Kau bukan manusia lemah, justru mereka nanti akan lelah.
  

  Ayahku pernah berkata, untuk melompat tinggi kau perlu mengambil mundur beberapa langkah.

  Jangan kau takut untuk kalah, jangan sampai kau menyerah. Tidak apa-apa merasa hampa, karena begitulah di luar angkasa. Terbanglah ketika kau siap, tanpa perlu dipaksa. Setiap orang memiliki sepasang sayap mereka masing-masing. Setiap orang itu istimewa, begitu pula denganmu.
  Hanya karena kau berbeda dan pernah kalah, bukan berarti kau tidak bisa. 
  Mimpimu dirampas? Hempaskan. 
  Inspirasi bisa datang tanpa perlu kau minum kopi. 

  Dan kau tidak pernah sendiri. Jangan pernah kau merasa sepi.

Tuesday, November 21, 2017

Hmm...

  Pernah tidak, kau merindu tapi tidak tahu pada siapa akan dilabuhkan. Tidak tahu untuk apa rindu itu dihadirkan, tetap saja kau merasakannya. Tidak, tidak ada sesal di sana, hanya bingung saja. Siapa gerangan pemiliknya?

  Aku memikirkan sebuah nama tapi tidak, bukan dia. Lalu memberikan nama lainnya, juga bukan dia. Masih menduga-duga siapa dia. Seolah tidak ada yang sesuai.
  Tetap saja dia tanpa nama, dia yang tidak tahu seperti apa rupanya, dia yang...ah sudahlah, begitulah. Aku masih merindukan dirinya.
  Dia tidak memiliki kenangan pada masa yang silam, juga bukan untukku berbagi kelam. Ya, pokoknya begitulah.


Sunday, November 19, 2017

Untukmu

Aku mencintaimu meski kini kita berjauhan, ketika jarak selalu gagal untuk meruntuhkan.
Rindu menghampiriku saat kenangan terus diputarkan.
Dari senyuman hingga tangisan, semuanya rapat tersimpan.

Kau bertahan padaku yang berantakan.
Kau menjadi kekuatan untukku yang pernah dikalahkan.
Padamu aku pemenang bukannya pecundang.

Kita memang berbeda tapi tidak pernah jadi masalah.
Kehadiranmu di sisiku meski tempat memisahkan adalah sebuah anugerah.

Kuberharap ini sebentar saja sembari menanti waktu untuk lagi mempertemukan.
Kau yang selalu kudoakan, terma kasih telah ada dalam kehidupan.

Saturday, November 18, 2017

Honestly in Honesty

  Jangan hadir ketika dia terluka. Pergilah saat dia merasa sepi. Tidak perlu menjadi obat sementara. Hindari mengucapkan janji kosong belaka. Dia tidak membutuhkan itu. Kelak dia akan beralih membutuhkanmu.
  Tertariklah padanya seakan kau ingin tahu segala hal tentang dia. Dari apa yang disukainya hingga hal kecil yang dibencinya. Jadilah garam juga gula. Berikan setiap rasa berbeda untuknya.
   Benar juga, dia terlalu berbahaya. Jika kau ragu, mundurlah. Kalau kau hanya mencoba keberuntungan, hilanglah. Dia tidak membutuhkan itu. Kelak dia akan menangis karena merindu.
   Ya, dia memiliki banyak luka. Terkadang kenangan menjadi bagian favoritnya. Masa lalu adalah tempat yang sering dikunjunginya. Jangan sampai kau terjebak di dalam sana.
   Lagi, menyerahlah sebelum terlambat. Dia bukan orang yang kuat. Cukup dengan setiap tetes air mata pada goresan kulit terbuka. Tidak perlu kau tambah lagi air cuka. Biarkan saja dia sendiri. Toh, dia sudah terbiasa.

   Bahagialah tanpa membawanya serta. Tidak diinginkannya kepalsuan belaka. Tersenyumlah ketika kau menyapa, semudah itu pula dia akan membalasnya. 

Friday, November 17, 2017

Bulan

Aku tidak sempurna seperti bulan purnama. Senyuman ini masih menyimpan banyak luka tanpa perlu kubercerita. Tetap memaksa untuk terus ceria karena hanya itu yang kubisa.
Terkadang takut dengan setiap monster yang bersembunyi di dalam sana. Gelapnya menyiksa. Tidak bisakah kau tinggal lebih lama?
Setiap kata tertahan seolah dipenjara lidah. Mungkin kau bisa melihat teriakanku dari sepasang mata. 
Ah, begini rupanya. 
Ketika kau menginginkan seseorang untuk terus ada tetapi kau bukanlah dia yang berharga.
Ah, begini rasanya.
Ketika kau menginginkan dia menemanimu tanpa perlu curiga.
Ah, begini ternyata.
Ketika aku menginginkan kau dengan segala kekhawatiran.

Bingung, kan? 

Thursday, November 16, 2017

Been a While

  Sebelum menulis postingan kembali pada blog ini, gue menyempatkan diri membaca kembali postingan lama dan ya jujur beberapa pula gue putuskan untuk masuk dalam draft. Kenapa? Karena tidak begitu penting saja untuk tetap berada lama di sana.
  Anyway, cukup jauh juga jarak antara postingan sebelumnya dengan postingan ini. Entah kenapa gue berharap masih ada yang menyempatkan waktunya untuk kembali membaca beberapa kata mau pun sampah gue.
  Ya, memang ini bukan diary online gue. Tapi terkadang curahan inspirasi itu datang dari hati. Keren enggak tuh kata-kata gue barusan. 
  
  Begitu banyak alasan kenapa gue menghilang untuk waktu yang enggak sebentar. Salah satunya, problematika kehidupan. Yep, ketika masalah (aka problems) membawa serta hitung-hitungan (aka matematika). Gue terhitung lemah dalam angka. Bahkan terkadang gue lupa usia gue berapa, berpikir seperti siapa, hingga berlagak meniru apa. Pastinya jawabannya bukan bayi kok.
  Kenyataannya, gue membiarkan problematika kehidupan mengalahkan gue, telak (waktu itu). Gue mengirim diri untuk waktu yang cukup lama dari dunia yang paling gue sukai: menulis. Biar kayak enggak santai gitu makanya gue bold.
  
  Setidaknya gue kembali. Somehow I feel glad about it dan selebihnya gue merasa lapar. Lapar akan menulis banyak hal hingga beneran lapar ketika mengetik kata demi kata. Ah, sudahlah, harusnya yang kedua enggak perlu gue umbar.
  (another) Anyway, gue mau mengucapkan terima kasih pada siapa saja yang akan menjadi inspriasi pada tulisan gue nanti. Entah itu memang tokoh fiksi atau memang elu yang nyata di sini. Toh enggak bakal gue tulis beneran nama lu. Tebak-tebak saja, siapa tahu enggak berhadiah.
  (and another) Anyway, gue harap siapa pun elu yang masih menyempatkan diri, memaksakan mata, menggerakkan jemari, dan apa pun yang sedang lu lakukan sembari membaca ini, terima kasih. Apalah fungsinya gue menulis ini kalau tiada hadirnya elu di sini. Eaaa, sampah dululah.

  Gue rasa segini dululah ya, kata sambutan dari gue yang telah kembali. Semoga belum basi untuk kalian. 
  See you around!



  With so much love until you'd say enough,




   Steph
  (aka me)