Sunday, June 4, 2023

About Mikey

 Ah, sudah lama gue tidak menggunakan nama itu; Mikey. Literally was meant for him, who was the key for my closed cold heart.

Untuk seorang Mikey, gue ini cewe tampan, tomboy, keren, mandiri, cuek tapi perhatian. Beberapa kali Mikey mencoba menarik perhatian gue, alias needy, tetapi beberapa kali juga gue tidak menyadarinya.

Dia sosok penuh luka, tapi berusaha menutupi semua dibalik tawa canda. Sementara gue dengan segala trauma, hanya bisa memperhatikan dan diam-diam ingin dipahami tanpa pernah mengungkapkan luka-luka gue. Mikey beberapa kali bahkan menertawai kisah masa lalunya. Pikir gue, entah dia memang sudah berdamai atau mencoba untuk berdamai dengan itu semua.

Sebelas tahun.

Sebelas tahun lamanya untuk gue menyadari kalau gue perlu melihat kembali kisah jalinan cinta pertama gue itu. Pacar pertama gue yang sangat berkesan. Laki-laki Pisces lebih tua setahun tetapi kelakuannya kala itu masih sedikit kekanak-kanakan. Bahkan terkesan harus dewasa sebelum waktunya, diam-diam sama seperti gue.

Yang lagi, gue sadari itu setelah sebelas tahun berlalu.

Mikey merupakan anak kedua dari dua bersaudara, tapi dia memiliki saudara sambung. Tidak banyak yang gue ketahui tentang dirinya, setelah kami tidak lagi bersama. Hanya saja, kalau gue boleh berbicara mengenai diri gue dulu menceritakan dan melihat sosok Mikey dengan gue saat ini melihat dirinya di waktu bersama gue dulu, sayang sekali kita harus berakhir tidak jelas seperti itu.

Gue lahir dan besar tanpa mengetahui cara yang bisa diterima orang-orang kebanyakan ketika berkomunikasi. Seringnya gue dibilang "tidak jelas" dan gue terima itu dari dulu. Karena sering sekali, gue sendiri bingung menyampaikan niat dan maksud gue dalam sebuah pembicaraan. Tetapi Mikey kala itu, berusaha mengerti apa pun itu maksud dan niat gue.

Dia adalah orang pertama yang selalu menyuarakan kalau gue ini merupakan pasangannya. Yah, walau diingat-ingat saat berkencan dia lebih sering menghabiskan waktu mengurus ini itu yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya.

Gue bukan prioritas utamanya, itu pikiran gue dulu.

Padahal kalau gue ingat-ingat, gue ini adalah satu diantara prioritas utamanya. Dia selalu menganggap gue ada. WALAU PUN NIH YA MIKEY YAH, lu nonton Habibie Ainun sama sahabat cewek lu, tapi gue maafin.

Kesal bet gue kalau dengar betapa dia terharu dengan film itu. Tapi di sisi lain, dia terlihat ceria dan berbagi ke gue detail hari saat teman dekatnya itu berkunjung ke kota Semarang. Dimana mereka sekalian nonton film yang sedang booming saat itu.

Gara-gara itu pula, gue tidak menemukan keharuan atau bahagia nonton film Habibie Ainun. Tertawalah kau, Mikey.

Oh, Mikey ini sering mengemukakan gue dimuka umum. Gue yang merupakan pacarnya, entah supaya dikira tidak lagi sendiri alias jomblo atau memang itu kepribadiannya. Sementara gue, hanya mengikuti alur saja.

Ada momen yang gue paling ingat di kencan pertama gue dan Mikey setelah official jadian. Langit biru muda dengan awan putih menghiasi langit Tembalang, Semarang. Gue sigap mengenakan helm begitu deru motor CB milik Mikey semakin kencang terdengar. Senyumnya bersambut dengan senyuman gue. Lalu diturunkannya sandaran kaki bangku belakang, "Neng, ayo naik neng" begitu kira-kira ucapannya siang itu. Gue pun naik dan motornya yang gue beri nama Chibi, melaju, berderu mengisi jalanan siang itu.

Kebiasaan Mikey setelah turun dari motor adalah merapikan rambutnya. Heran, apa dia tidak sadar kalau dia itu sudah cukup tampan dan manis, bahkan dengan rambut berantakan sekali pun. Dia mengenakan jaket dan celana jeans. Kami bergandengan tangan memasuki mall.

Sesekali gue lepas genggaman kami karena tangan gue yang basah mudah berkeringat. Begitulah ketika gue gugup dan Mikey pun tahu. Dia tidak berkata apa-apa, bahkan setelah gue melap tangan ke jaket, barulah dia kembali menggenggam tangan gue.

Kalau diingat-ingat, momen menggandeng tangan Mikey adalah momen romantis. Karena gue bukan tipe orang yang suka physical affection, dulu. Tapi dengan Mikey, gue belajar mengerti kalau sebenarnya salah satu love language gue yang paling ketara adalah physical affection. Dan lagi, butuh bertahun-tahun untuk menyadarinya.

Pertama kali gue dekat dengan Mikey itu karena gue membutuhkan musik pendukung untuk rumah hantu festival dari jurusan gue. Dan kami berkenalan melalui tali pertemanan. Seingat gue ada kenalan dia yang juga kenalan gue, dari sana gue tahu ada seorang Mikey. Dia yang sibuk dengan kelangsungan hidupnya, mau membantu gue. Sebenarnya gue itu gampangan. Dalam artian, lu hadir saat gue membutuhkan seseorang, terlebih lagi bantuan, ada kemungkinan besar gue bakal tertarik sama elu.

Tapi balik lagi, kalau dari awal lu memang sudah unyu prikitiew seperti Mikey, tidak perlu manis-manis, pasti gue akan tertarik pada dirinya. Iya, Mikey. Laki-laki keturunan campuran. Papanya merupakan WNA asal Inggris lalu ibunya merupakan wanita indonesia. Kalian harus lihat betapa kedua matanya yang indah, bewarna cokelat kekuningan seperti madu rasa, melihat ke arah gue.

Celetuk gue, "Bahagia banget, lagi jatuh cinta ya?"

"Iyalah, orang sama kamu ini," Mikey pun memalingkan wajahnya sambil tersenyum. Ah, kalau diingat memang dia unyu sekali.

Ada beberapa kali gue membuat Mikey merajuk, hanya untuk memastikan dirinya cemburu. Iya, cemburu. Diri gue yang dulu pernah merasa Mikey tidak peduli kalau gue pergi sana sini dengan teman perempuan apalagi laki-laki. Sampai akhirnya nama Oranye muncul.

Senior gue, beda jurusan dan nama panggilannya adalah Oranye. 

Orangnya 'bebas'. Pernah gue taksir tapi itu jauh sebelum gue bertemu dengan Mikey. Jauh sebelum dialog diantara kami berdua untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Buat gue, setelah gue mengenal Mikey, fokus gue akan berada pada dirinya saja. Dan ternyata gue gagal menunjukkan itu padanya saat bersama dirinya.

Ada juga Mikey pernah merasa kesal dan cemburuan hanya dengan gue menyebut nama Oranye. 

Si bodoh gue ini, kalau dulu melihat itu adalah kebanggaan. "Oh, ternyata dia masih suka sama gue" begitu pikir gue ketika Mikey cemburu.

Padahal dengan Mikey menunjukkan perhatiannya yang ingin gue perhatikan dalam setiap tingkah lakunya, sudah merupakan bentuk kalau needy-nya seorang Mikey pada diri gue dulu, sudah merupakan kebutuhan hadir diri gue dalam kesehariannya. Sayangnya, dulu gue merasa kurang sadar akan hal itu.

Terlebih lagi ketika Mikey mensyen soal berat badan. Walau pun dulu gue belum se-chubby hari ini, tapi gue sering kesal kalau sudah diomongin mengenai berat badan. Namanya juga anak baru gede, apalagi untuk cewek.

Banyak hal yang gue anggap sepele merupakan bayang-bayang dari trauma masa kecil gue. Bagaimana gue berusaha menyampaikan perasaan dan pikiran gue yang tanpa gue sadari belum terucap dengan sempurna melalui pemilihan kata.

Bagaimana cara gue memperlakukan Mikey saat itu, merupakan hal-hal yang gue pelajari sendiri. Karena sedari kecil gue sendiri tidak begitu banyak mendapatkan perhatian. Yang ada, gue merupakan anak kecil yang dipaksa dewasa. Dan akhirnya saat ini, gue yang kembali kekanak-kanakan.

Ada beberapa kesan yang ditinggalkan oleh Mikey, yang selama ini gue simpan sakitnya saja.

Mikey pergi setelah gue menyampaikan kesal dan uneg-uneg gue padanya tanpa nada tinggi atau banting sana-sini. Tapi kala itu, gue tidak sadar, kalau pacar pertama gue itu mempunyai luka yang mungkin belum sepenuhnya dia akui ada. Dan gue tidak peduli itu. Padahal yang namanya komunikasi harus dilakukan dua sisi, setelah satu mendengar dan satu lagi bertutur kata, maka posisi harus diganti berbalik. Komunikasi itu harus saling bukanlah satu-satu apalagi sampai sendirian dalam yang namanya suatu hubungan.

Tanpa gue sadari, gue benar-benar banyak belajar.

Meski pun waktu bersama Mikey sangatlah singkat, tapi gue ingat betul, selain karena galau ditinggal olehnya, gue pernah bucin parah. Bucin parah yang masih harus stay cool. Habisnya Mikey mengenal gue sebagai perempuan keren, ya harus gue pertahankan itu waktu itu. Sayangnya, runtuh ketika dia pergi dari hidup gue.

Mikey merupakan laki-laki romantis pertama yang memperlakukan gue dengan manis. Sangat manis sehingga telat gue menyadarinya.

Dia berani memperkenalkan gue ke dalam lingkup pergaulannya, tujuannya supaya dia tidak terlihat single saja sebenarnya. Tapi bolehlah yah, kalau gue mengakui itu karena memang Mikey ingin diketahui bahwa dia tidak sendiri, ada gue di sisinya saat itu.

Dia laki-laki romantis yang membonceng gue dengan motor klasiknya kala itu. Iya, gue penumpang pertamanya. Yang dia antarin pulang sampai depan kosan. Bahkan dia juga mengajak gue kencan dengan Chibi sekalian. Dia adalah laki-laki, pacar pertama, yang memastikan kalau helm gue benar-benar terpasang dengan baik dan benar. Itu pun disertai senyuman iseng manis unyu miliknya, dulu.

Laki-laki rambut ikal yang tatapan mata cokelat terangnya bisa meluluhkan hati, tapi dianya memilih berpaling malu-malu. Lucu kalau mengingat setiap momen itu.

Mikey juga laki-laki cemburuan, tapi tidak melalukan hal yang membuat gue terkekang. Tidak. Justru cemburunya membuat dia uring-uringan sendiri, lalu gue yang tidak memahami itu malah akhirnya ikut kesal juga. Dan kemudian terjadilah perang dingin.

Oh, ada momen dimana sangat berkesan buat gue. Ketika Mikey menelepon gue yang sedang sendirian di kos saat liburan natal. Dimana teleponnya dia gilir satu per satu ke teman-temannya yang gue kenal dan sudah bertemu. Benar-benar romantis kalau diingat.

Dan ketika dia juga menelepon gue malam-malam, hanya untuk memastikan gue masih dikos dan belum makan. Padahal itu sebenarnya gue sudah titip teman satu kosan. Sambil kesal pula gue mengangkat telepon itu, karena sudah lama tidak bertemu jadi yah merindu dan wajar kala itu. Tapi karena gue gengsi dan gue paham dia sibuk, gue tidak sampaikan perasaan gue.

Lalu hal berikutnya yang terjadi adalah, dia muncul di depan kosan dengan motor klasik yang berhasil membuat gue terharu. Bahagia. Apalagi anak-anak kosan yang juga teman-teman dekat gue pada lihat dari balkon lantai dua. Mereka heboh. Lucu, kalau diingat malam itu.

Banyak hal yang ingin gue tuliskan di sini mengenai Mikey. 

Mungkin masih luka juga yang kini gue hanya bisa tebak-tebak berhadiah untuk sebabnya. Tapi tanpa adanya sosok Mikey dalam hidup gue, mungkin gue tidak ada pertinggal becanda ala bapak-bapak yang masih gue bawa sampai saat ini. Asli, kangen masa itu.

Sayang sekali gue butuh waktu lama untuk menyadari semuanya yah, Mikey-yang-dulu-yah.


Untuk Mikey di masa sebelas tahun lalu dan mungkin hari ini juga:


Hai, ini aku.

Mungkin kalau ditanya "kenapa kamu pilih pergi?" jawabanmu tidak akan pernah terasa cukup karena sudah berlalu jauh sekali. Dan kalau aku harus menuliskan diriku di masa itu untuk bisa mengobrol lagi sama kamu yang ada di masa itu juga, sepertinya sudah sangat terlambat. Bahkan sudah banyak hal yang terjadi dan aku hari ini bukanlah aku yang dulu aiaiai, hahahaha begitu bukan, Mikey yang aku kenal. Suka pakai aiaiai. Dulu.

Aku minta maaf karena tidak mengerti kamu banyak-banyak waktu itu. Bahkan sampai lutut memar karena memohon pun, kita tidak akan bisa memutar waktu. Hanya saja, kalau boleh tersampaikan, aku ingin meminta maaf karena mungkin banyak hal saat itu tidak ter-artikan dengan baik oleh diriku di masa lalu.

Terima kasih banyak Mikey.

Terlepas dari candaan soal berat badan yang jujur dari dulu sampai sekarang pun adalah bagian dari insecurity aku, aku sangat bersyukur karena kehadiran kamu. Yakin deh, masa itu kamu juga pasti punya insecurity yang kamu sembunyikan dari aku, kan?

Ya, kan?

Tapi aku beneran mengagumi kamu.

Like the way you treated me infront of so many friends of yours, especially the male friends. Gosh, you should've seen yourself how you put the border whenever your male friends around or just tried to make a welcome-friendly conversation with me. Which back then I didn't get it, and took me long enough to realized that. 

I haven't met any guy like that since we're no longer together. I've dated several guy, and trust me I did know different type of male now. But so far, none has ever treated me the way you did whenever I was around the male friends.

No one has the protective, needy but still respect the partner, proudly introduce me to people even mentioned about me to the mother. But you did.

And I thank you for that, because now I know how it felt to be treated loudly and proudly like that. To be announced that I was someone's lover; to the world.

Maybe that's too late now, since the Mikey I've dated no longer existing and the me that Mikey dated no longer existing. But I put my armor down because I'm no longer in a war field and I want the babies as in us back then; if they could see me today, I don't have any grudges toward us, both then and now.

If I could say something to myself back then, I'd scold her and better be treat you right, better and learn how to open herself to you. Instead keep all the things hide in her brain, and then she will blame everything on her side. Which she shouldn't.

If I could say something to the Mikey back then, definitely I'd scold him too. Duh, I'm way older today compare to Mikey back then. So, I will tell him not to give up easily on her. She's the heavy road to walk into but she is worthy. If only you give her chance to see that in her, she probably get the shorter timeline to realized she's adored by you. And you'll get the chance to know that she saw things in you too, even when you thought you are not. 

She wanted to spend the day with you, if only you let her to.

She wanted to hear you, your mind, your feelings, your jokes, your pain, anything as long as it's you. She wanted all of you.

She loved you deeply and took her years to finally let go, to realized that you will not coming back to her, ever again. 

And I appreciate you then and now as my first lesson when it comes to relationship.

I don't know where the Mikey today but I wish you well, healthy and happy.

Heard you married now. I heard the news from Mr Fang Sing Sing, hope you still remember him too.

If then the Mikey got jealous over the story I wrote about Oranye while I was dating him, I hope no one get mad over this story. 

This is just a bite of my history-cookie. It's already made and baked well. The taste still there but can never make the exact same cookie again since the dough was special.

I have no grudges over you, Mikey. And I still remember the history of the name; Mikey that I made long time ago, which was stand for my-key. The key to my heart because he was my first boyfriend ever.


- Naruto

*

That's the story about Mikey, if he's not reading this; that's okay for me.

But for you, whoever you are, wherever you are; thankyou for your time to read this story of mine.




No comments:

Post a Comment